Menurut kamu tentang cerpen Nue

Rabu, 02 Desember 2009

Ultah GTM

”Jam berapa sekarang?” Tanyaku lantang pada pria yang duduk di sampingku. Ia menoleh, dahinya mengkerut, mungkin heran melihat tingkahku, tapi aku tak peduli, sudah menjadi kebiasaanku jika selama ini bicara blak-blakan terhadap siapa saja meski tak ku kenal sekalipun.

”Oh, nggak punya jam ya? Ya udah, thanks.” Jawabku tenang, lantas sekonyong-konyongnya pergi meninggalkan ruang kelas yang hanya terdiri dari lima orang termasuk aku. Ku pikir Pak Deny nggak mungkin masuk hari ini, karena ia sudah telat 15 menit.

”Mau kemana?” Tanya pria itu menghentikan langkahku. Akupun berbalik.

”Pulang.” Jawabku singkat, ”Ada masalah?”

”Ada acara setelah ini?” Tanyanya membuatku sedikit heran, namun sebelum aku menjawab, ia lebih dulu menyela, ”Nggak ada ya? Temani aku ke GTM yuk.” Ajaknya.

Well... well... well... seingatku beberapa detik yang lalu pria berhidung mancung ini tak menjawab pertanyaanku dan berlagak sok keren di hadapanku. Dan sekarang dia malah mengajak aku ’kencan’ di GTM? Apa aku salah dengar atau memang pria ini yang aneh?

”Mau nggak temani aku? Sebentar aja.” Ajaknya lagi.

Aku terkesima. Tapi nggak ada salahnya kuterima ajakannya, toh orang ini lumayan tampan hingga aku tak perlu berpikir 2x untuk menerima ajakannya. So, GTM? Let’s go!

***

Sejujurnya, aku tak sungguh-sungguh dengan kata-kataku tadi. Aku memang tak kenal dengan pria berbola mata coklat yang sedang berjalan di sampingku ini, tapi bukan berarti aku sama sekali tak mengenalnya. Maksudku, aku kenal dia, oh ya tepatnya kenal sedikit. Hanya sedikit.

Namanya Doni, pria semester 6, artinya ia lebih dulu masuk ke kempus ini setahun sebelum aku. Dan hal terakhir yang kutahu tentangnya adalah bahwa ia adalah pria yang sangat badung, sedikit mirip denganku. Dan gosipnya sih, doi lagi naksir seseorang, dan bukannya GeEr ni ye, orang itu adalah AKU. Hehehe....

Well, kita mau kemana?” Tanyaku ketika kami sudah sampai tepat di pintu GTM. Ia mendongak ke dalam, kemudian menunjuk ke salah satu tempat. Aku mengangkat bahu, dan kuikuti langkahnya menuju tempat yang ia tunjuk tadi.

Optik Internasional tertulis di sana, dan aku pun mulai bertanya-tanya dalam hati, untuk apa Doni masuk ke sini? Setahuku matanya normal-normal saja. Dan akhirnya pertanyaan di benakku itu terjawab juga ketika Doni berbincang-bincang dengan pramuniaga kemudian dengan sigap menyentuh matanya dan mengeluarkan lensa dari matanya. Rasanya aku tak perlu bertanya lagi, semua juga pasti tahu, bola mata coklat itu ternyata palsu.

”Lama nunggu?” Tanyanya ketika ia sudah selesai membeli lensa mata yang baru, warna coklat.

Aku menggeleng pelan, ”Sekarang kita kemana?”

Doni tersenyum lembut, kemudian tanpa menjawab pertanyaanku langsung menuju escalator. ”Follow me.” Ajaknya.

Tempat kedua yang kami tuju ialah Gramedia, dan disana Doni membeli beberapa buku filosofis dan novel. Sedikit catatan lagi kudapat tentangnya, ternyata ia juga hobby membaca. Dan kupikir, Doni anaknya baik, sangat baik malah. Karena tempat selanjutnya yang kami tuju ialah Emy, arena permainan keluarga. Dan sungguh, aku menikmati setiap permainan, apalagi jika di sampingku ada Doni.

”Cape’ ya?” Tanya Doni ketika semua permaian telah kujelajahi. Aku hanya mengangguk pelan.

Doni menarik lenganku, membawaku menuju salah satu tempat makan. Aku diminta duduk, sedang ia sendiri memesan makanan dan minuman. Selama makan kami banyak berbincang, tentang Doni juga tentang aku, atau tentang kuliah, apa saja. Dan aku sangat menikmati malam itu. Sungguh sangat menikmati.

Sebuah counter HandPhone merupakan tempat lain yang kami tuju, tapi tak lama karena Doni hanya ingin membeli pulsa saja. Lantas ia membawaku ke lantai tiga, sedikit heran manakala aku tiba di sana, kulihat beberapa pemuda, anak — anak berdiri dengan memegang sesuatu di tangannya. Sebuah arena tamiya terletak di hadapan mereka...

Oh my good. Rame banget, ikutan yuk.” Ajakku pada Doni, dan aku sedikit lega ketika ia menganggukkan kepalanya dan aku bersyukur, kami punya hobby yang sama.

***

Kami menuruni escalator, time is go home. Rasanya waktu terlalu cepat berlalu, padahal aku masih ingin berlama-lama dengan Doni, menikmati kebersamaan kami menjelajah setiap sudut GTM yang sangat besar ini. Dan ketika sampai di lantai dasar, dengan cepat Doni menarik tanganku menuju N studio Photo. Doni mau berfoto? Tanyaku dalam hati.

”Kita foto dulu yuk!” Ajaknya senang.

Kita? Lo aja kale... gue nggak. Meski kata-kata itu hanya kuucapkan dalam hati saja, tapi anehnya Doni seolah bisa membaca pikiranku, ”Dan nggak ada kata nggak.” Ujarnya cepat.

Sesaat Doni berbincang sebentar dengan pramuniaga-nya, lantas setelah itu Doni menarikku masuk ke dalam kotak besar (PhotoBox) dengan tirai berjuntai panjang. Dan jepret...

Tak sadar kami pun berfoto, berdua.

***

Thanks banget ya udah nemani.” Ujar Doni ketika kami tiba di rumahku. Ia mengantarkanku pulang ke rumah.

”Yoi, aku juga mau ngucapin terima kasih. Mmhhh... malam yang menyenangkan.” Jawabku malu-malu. Aku tertunduk, sangat malu.

”Ya udah, aku pulang dulu ya. Met malam.”

”Malam.”

Kupandangi punggung Doni yang mengendarai motornya semakin jauh, semakin jauh hingga akhirnya tak terlihat lagi.

Bahagia? Yup! Tepat sekali.

Aku sangat-sangat bahagia hingga aku sendiri sulit untuk menggambarkan bagaimana rasa bahagiaku ini. Malam yang sangat berkesan dan tak akan pernah kulupakan, dan GTM-lah yang menjadi saksi atas kebersamaan kami malam ini.

I love GTM, sangat love. Hebat, semuanya lengkap dan meski tak semua tempat ku jelajahi, setidaknya hampir. Mulai dari toko buku, counter, arena permainan, tempat makan, tempat foto, semuanya... bersama Doni.

Sangat perfect hingga aku dan Doni tak perlu jauh-jauh untuk berjalan, karena...

Semuanya... ADA DISINI.

THE END

Tidak ada komentar:

Posting Komentar